Kurniawan Junaedhie

Kurniawan Junaedhie (lahir di Magelang, Jawa Tengah, 24 November 1956) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Menulis kali pertama di rubrik anak-anak Si Kancil, majalah Liberty, Surabaya, sejak SD. Menulis puisi dan cerpen sejak 1974 dimuat di berbagai media massa di antara lain majalah Horison, harian Kompas, Suara Karya, Suara Merdeka, Berita Nasional, Masa Kini, Jurnal Indonesia, Suara Pembaruan, dan Sinar Harapan. Buku puisinya antara lain; Rumpun Bambu (1975), Armagedon (1976), Waktu Naik Kereta Listrik (1997). Selain melakukan pertunjukan seni baca puisi, dia juga kerap diundang sebagai juri pembacaan puisi. Penyanyi Neno Warisman adalah salah satu peserta yang pernah tampil dalam ajang kompetisi saat dia menjadi juri festival baca puisi.

Rahadi Zakaria

Rahadi Zakaria, S.I.P., M.H. (lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 13 Februari 1953 – meninggal di Semarang, Jawa Tengah, 8 Oktober 2014 pada umur 61 tahun) adalah sastrawan yang juga dikenal sebagai politikus berkebangsaan Indonesia. Rahadi pernah menjabat sebagai anggota fraksi PDI Perjuangan DPR RI periode 2009-2014 dari daerah pemilihan Jawa Barat VII (Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta). Di dunia kesusastraan Indonesia, namanya tercatat sebagai pendiri komunitas negeri poci bersama Piek Ardijanto, Handrawan Nadesul, Eka Budianta, Kurniawan Junaedhie (1993)
Rahadi Zakaria mengawali karirnya sebagai wartawan. Ia dikenal sebagai sosok sederhana. Ke mana pun pergi, dia selalu memanfaatkan transportasi umum. Kebiasaan itu terbawa ketika mengemban tugas

Widjati

Widjati yang memiliki nama asli Tjioe Wie Tjiat (lahir di Tegal, 1928 - meninggal di Tegal, 2006, pada umur 76 tahun) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi yang dimuat di berbagai media massa. Widjati merupakan penyair angkatan kosong-kosong. Widjati lahir dan dibesarkan di kecamatan Kemantran, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, pada bulan Februari 1928. Dilahirkan dengan nama Tjioe Wie Tjiat. Sejak muda dia sudah mengakrabi dunia kesenian, utamanya puisi. Gaya penulisan puisinya yang nyentrik dengan diksi mengejutkan, menjadikan dirinya menerima penghargaan sebagai Penyair Angkatan Kosong-kosong oleh W.S. Rendra. Bersama Piek Ardijanto Soeprijadi, Widjati merupakan penggerak kesenian di kota Tegal sejak tahun 1970-an. Dia memiliki

Acep Zamzam Noor

Acep Zamzam Noor (lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 28 Februari 1960) adalah seorang sastrawan Indonesia. Acep adalah putra tertua dari K. H. Ilyas Ruhiat, seorang ulama kharismatis dari Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. Ia menikahi seorang santri bernama Euis Nurhayati dan dikaruniai orang anak bernama Rebana Adawiyah, Imana Tahira, Diwan Masnawi,Abraham Kindi. dan Luna

Karier
Acep menghabiskan masa kecil dan remajanya di lingkungan pesantren, melanjutkan pendidikan pada Jurusan Seni Lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB, lalu Universitá Italiana per Stranieri, Perugia, Italia. Kini, tinggal di Desa Cipasung, Tasikmalaya.

Ahmadun Yosi Herfanda

Ahmadun Yosi Herfanda atau juga ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH (lahir di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, 17 Januari 1958), adalah seorang penulis jurnalis dan sastrawan berkebangsaan Indonesia. Dia menulis esai sastra, cerpen, dan sajak sufistik sosial-religius. Sementara, cerpen-cerpennya bergaya karikatural dengan tema-tema kritik sosial. Ia juga banyak menulis esei sastra

Kehidupan pribadi
Sejak menjadi mahasiswa, Ahmadun telah aktif sebagai editor dan jurnalis. Dimulai dari Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (1983-1999), lalu di Harian Yogya Post (1999-1992), Majalah Sarinah (bersama Korrie Layun Rampan, 1992-1993), dan terakhir di Harian

Darman Moenir

Darman Moenir (lahir di Sawah Tangah, Pariangan, Tanah Datar, Sumatera Barat, 27 Juli 1952) adalah seorang sastrawan Indonesia. Darman berpendidikan Sekolah Seni Rupa Indonesia serta berkuliah di Sekolah Tinggi Bahasa Asing Prayoga, Jurusan Bahasa Inggris, Padang.

Kehidupan
Mulai menulis di usia 18 tahun. Karya-karyanya dimuat pada majalah Horison, Titian, Panji Masyarakat, Pertiwi, Kartini, Ulumul Qur’an, Kalam, Kompas, Pelita, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Suara Karya, Media Indonesia, Indonesia Raya, Republika, Berita Minggu (Singapura) dan surat kabar terbitan Padang. Pernah mengikuti Hari Sastra di Ipoh, Malaysia (1980), Asian Writers Conference di Manila, Filipina (1981) dan pertemuan dunia Melayu ’82 di Malaysia (1982), International Writing Program di Iowa City, dan International Visitor Program di Amerika Serikat (10988). Selain bekerja di Museum Negeri Provinsi

Dharmadi

Dharmadi (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 29 September 1948) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal sebagai penyair sejak dekade 1970-an dengan karakter puisi-puisi pendek. Dharmadi merupakan salah satu penyair pendiri kajian seni Kancah Budaya Merdeka di Purwokerto, Banyumas, tahun 1993. Tahun 2013 dia mengeluarkan album musikalisasi puisi yang terambil dari salah satu bukunya, Kalau Kau Rindu Aku, diaransemen oleh Joshua Igho dan dinyanyikan oleh istrinya
Dharmadi lahir di Semarang, Jawa Tengah, 29 September 1948. Dia menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah, sampai tingkat sarjana muda. Di kenal sebagai penyair yang senang menulis puisi-puisi pendek, namun

Diah Hadaning

Diah Hadaning (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 4 Mei 1940) adalah sastrawati berkebangsaan Indonesia. Sejak muda, Diah Hadaning sudah bergelut di dunia sastra. Puisi-puisinya kebanyakan mengangkat tema anti-perbedaan suku, ras, agama, dan antar-golongan. Salah satu karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia dan dibacakan di hadapan presiden Nelson Mandela saat kali pertama berkunjung ke Indonesia (1990).
Diah Hadaning lahir di Jepara, Jawa Tengah dalam lingkungan keluarga Jawa. Itulah yang akhirnya berpengaruh terhadap karya-karya yang dihasilkan, lebih merupakan pengendapan intuisi yang dituangkan dalam bentuk fiksi yang lebih sering bertema filosofi hidup, utamanya kejawen. Diah menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Pekerja Sosial jenjang

Sides Sudyarto DS

Sides Sudyarto DS yang terlahir dengan nama Sudiharto (lahir di Tegal, Jawa Tengah, 14 Juli 1942 – meninggal di Jakarta, 14 Oktober 2012 pada umur 70 tahun) adalah sastrawan yang juga wartawan berkebangsaan Indonesia. Memulai karirnya sebagai penulis lepas, kemudia bergabung di sejumlah media massa antara lain harian umum Kompas, Media Indonesia, Jaya Raya, dan tabloid Intelektual. Salah satu puisinya mengantarkan dia memenangi sayembara puisi Prasasti Ancol dan diabadikan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di sebuah tugu, di objek wisata Taman Impian Jaya Ancol (1977). Sides merupakan salah satu penyair yang tergabung dalam antologi puisi Dari Negeri Poci 2 (1994} dan Dari Negeri Poci 4 (2013).

Soni Farid Maulana

Soni Farid Maulana (lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat, 19 Februari 1962) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya mulai dikenal melalui karyakaryanya yang dipublikasikan di berbagai media massa, baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda. Namanya tercatat dalam dalam entri Enslikopedi Budaya Sunda (PT. Pustaka Jaya, 2000) dan Apa Siapa Orang Sunda (Kiblat Buku Utama, 2003). Soni merupakan penerima Anugerah Jurnalistik Zulharmans PWI Pusat, periode 1999 -2000
Soni Farid Maulana menyelesaikan pendidikannya di Akademi Seni Tari (ASTI) Bandung jurusan teater tahun 1985. Aktif menulis puisi sejak tahun 1976, dipublikasikan di berbagai media massa cetak terbitan daerah dan ibu kota. Sejumlah puisi yang ditulisnya sudah dibukukan

Korrie Layun Rampan

Korrie Layun Rampan (lahir di Samarinda, Kalimantan Timur, 17 Agustus 1953) adalah seorang sastrawan Indonesia. Ayahnya bernama Paulus Rampan dan ibunya bernama Martha Renihay-Edau Rampan, beretnis Dayak Benuaq. Semasa muda, Korrie lama tinggal di Yogyakarta. Di kota itu pula ia berkuliah. Sambil kuliah, ia aktif dalam kegiatan sastra. Ia bergabung dengan Persada Studi Klub -- sebuah klub sastra-- yang diasuh penyair Umbu Landu Paranggi. Di dalam grup ini telah lahir sejumlah sastrawan ternama, seperti Emha Ainun Nadjib, Linus Suryadi A.G., Achmad Munif, Arwan Tuti Artha, Suyono Achmad Suhadi, R.S. Pengalaman bekerja Korrie dimulai ketika pada 1978 ia bekerja di Jakarta sebagai wartawan dan editor buku untuk sejumlah penerbit. Kemudian, ia menjadi penyiar di RRI dan TVRI Studio Pusat,

Isbedy Stiawan ZS

Isbedy Stiawan ZS, (lahir di Tanjungkarang, Bandar Lampung, 5 Juni 1958) adalah sastrawan Indonesia. H.B. Jassin menjulukinya Paus Sastra Lampung. Sejak lahir hingga kini, Isbedy tinggal menetap di Bandar Lampung bersama istrinya, Adibah Jalili. Mereka dikaruniai lima anak: Mardiyah Novrida, Arza Setiawan, Rio Fauzul, Khairunnisa, dan Abdurrobbi Fadillah.

Aktivitas
Selain menulis karya sastra (cerpen, puisi, esai sastra), kini dia aktif di Dewan Kesenian Lampung (DKL) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung.

Proses kreatif
Isbedy mulai bersentuhan dengan dunia sastra sejak bangku SMP tahun 1975. Karya-karya Kho Ping Hoo adalah bacaan yang saat itu digemarinya. Sebelum terkenal sebagai penulis, ia tekun bertaeter bersama

Handrawan Nadesul

Dr. Handrawan Nadesul (lahir di Karawang, Jawa Barat, 31 Desember 1948) adalah seorang dokter, penyair, dan penulis di Indonesia. Ia juga menulis artikel, opini kesehatan, dan menjadi narasumber untuk media bagi masalah-masalah kesehatan dan juga menulis puisi. Karya-karyanya telah dimuat dan diterbitkan di media massa nasional sejak tahun 1968.
Dr. Handrawan menjadi penulis sejak tahun 1972 dan sejak itu banyak menulis artikel opini, kolom di sejumlah media cetak. Lebih dari 1.500 artikel ditulis sampai 2008, 74 judul buku kesehatan, dan seminar kesehatan untuk awam di sejumlah kota besar. Di Bogor pada tahun 1981 dia sempat membentuk Dokter Kecil yang beranggotakan 400-an murid SD yang berprestasi di sekolah masing-masing, dan juga

Eka Budianta

Eka Budianta, (lahir di Ngimbang, Jawa Timur, 1 Februari 1956), adalah seorang penulis Indonesia, terutama puisi, dan juga menulis tentang lingkungan hidup, pariwisata, pendidikan dan kolom sosial politik.
Nama lengkapnya adalah Christophorus Apolinaris Eka Budianta, anak pertama Thomas Astrohadi Martoredjo dan Monika Dauni Andajani. Setelah lulus dari SMA ST Albertus di Malang (1974), ia melanjutkan pendidikan ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia (FSUI). Di FSUI ia mulai menulis dan menerbitkan karya-karyanya (1975-1979). Pendidikan terakhirnya lulus program kepemimpinan lingkungan dan pembangunan (LEAD, Leadership for Environment and Development) dengan studi lapangan di Costa Rica, Okinawa dan Zimbabwe (1995-1997). Ia pernah menjadi wartawan majalah Tempo (1980-1983),

Piek Ardijanto Soeprijadi

Piek Ardijanto Soeprijadi (lahir di Magetan, Jawa Timur, 12 Agustus 1929 – meninggal di Kota Tegal, Jawa Tengah, 22 Mei 2001 pada umur 71 tahun) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Piek merupakan salah satu sastrawan angkatan 1966. Sejak tahun 1970, puisi-puisinya telah dimuat di berbagai media massa di Indonesia. Selain itu dia juga menulis esai sastra, mengulas karya-karya para penyair muda saat itu. Piek juga salah satu pelopor perintis Komunitas Negeri Poci (tahun 1993).
Kebiasaannya menulis dimulai ketika duduk di bangku SGA. Sering mengikuti lomba-lomba mengarang, memenangi mekejuaraan, lalu mencoba mengirimkan karya-karyanya ke majalah. Tahun 1950, ketika menjadi guru SMP di Gombong, ia menghasilkan beberapa karya lagu berkat bimbingan guru musik di SGA, Pak Daldjono (pencipta lagu). Di antaranya termuat dalam buku Puspa Ragam, (Jakarta, 1950). Ada 14 penghargaan yang ia terima dari berbagai lomba/sayembara mengarang puisi, prosa, dan esei sastra sepanjang hayatnya. Karena sejak lulus SR dia masuk SGB, lalu dengan seleksi ketak memasuki SGA yang