Rahadi Zakaria, S.I.P., M.H. (lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 13 Februari 1953 – meninggal di Semarang, Jawa Tengah, 8 Oktober 2014 pada umur 61 tahun) adalah sastrawan yang juga dikenal sebagai politikus berkebangsaan Indonesia. Rahadi pernah menjabat sebagai anggota fraksi PDI Perjuangan DPR RI periode 2009-2014 dari daerah pemilihan Jawa Barat VII (Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Purwakarta). Di dunia kesusastraan Indonesia, namanya tercatat sebagai pendiri komunitas negeri poci bersama Piek Ardijanto, Handrawan Nadesul, Eka Budianta, Kurniawan Junaedhie (1993)
Rahadi Zakaria mengawali karirnya sebagai wartawan. Ia dikenal sebagai sosok sederhana. Ke mana pun pergi, dia selalu memanfaatkan transportasi umum. Kebiasaan itu terbawa ketika mengemban tugas
sebagai anggota komisi II DPR RI. Dari situ, dia dapat menyerap aspirasi secara langsung dari masyarakat untuk kemudian dibawa ke dalam pembahasan komisi bersama mitra kerjanya, pemerintah. Di tengah kesibukan menjalani tugas sebagai anggota legislatif, Rahadi juga menyisakan waktu untuk berkarya dalam bentuk puisi. Sejak muda, puisi-puisinya banyak dimuat di majalah dan koran nasional. Sedangkan geguritan (puisi berbahasa Jawa) dimuat surat kabar Dharma Nyata, Kumandang, dan Sekar Jagad. Selain puisi, Rahadi juga gemar menulis cerpen dan cerita anak-anak yang dimuat di Sinar Harapan, Suara Karya, Berita Yudha, Kawanku, Tomtom, Kucica, SKM Simponi, SKM Swadesi, Majalah Dewi, dan beberapa penerbitan lainnya. Ketokohannya baik di dunia politik maupun sastra menjadikan dirinya kerap diundang sebagai pembicara, seminar, maupun narasumber di sejumlah televisi.
Meninggal dunia
Rahadi Zakaria meninggal dunia pada Rabu, 8 Oktober 2014 pukul 14.30 WIB di rumah sakit Telogorejo Semarang karena serangan jantung. Januari 2015, sejumlah penyair dari berbagai daerah berkumpul di pusat dokumentasi sastra H.B. Jassin dalam rangka mengenang kepergian Rahadi Zakaria dengan menerbitkan sebuah kumpulan puisi berjudul Negeri Rahadi. ( id.wikipedia )
Rahadi Zakaria mengawali karirnya sebagai wartawan. Ia dikenal sebagai sosok sederhana. Ke mana pun pergi, dia selalu memanfaatkan transportasi umum. Kebiasaan itu terbawa ketika mengemban tugas
sebagai anggota komisi II DPR RI. Dari situ, dia dapat menyerap aspirasi secara langsung dari masyarakat untuk kemudian dibawa ke dalam pembahasan komisi bersama mitra kerjanya, pemerintah. Di tengah kesibukan menjalani tugas sebagai anggota legislatif, Rahadi juga menyisakan waktu untuk berkarya dalam bentuk puisi. Sejak muda, puisi-puisinya banyak dimuat di majalah dan koran nasional. Sedangkan geguritan (puisi berbahasa Jawa) dimuat surat kabar Dharma Nyata, Kumandang, dan Sekar Jagad. Selain puisi, Rahadi juga gemar menulis cerpen dan cerita anak-anak yang dimuat di Sinar Harapan, Suara Karya, Berita Yudha, Kawanku, Tomtom, Kucica, SKM Simponi, SKM Swadesi, Majalah Dewi, dan beberapa penerbitan lainnya. Ketokohannya baik di dunia politik maupun sastra menjadikan dirinya kerap diundang sebagai pembicara, seminar, maupun narasumber di sejumlah televisi.
Meninggal dunia
Rahadi Zakaria meninggal dunia pada Rabu, 8 Oktober 2014 pukul 14.30 WIB di rumah sakit Telogorejo Semarang karena serangan jantung. Januari 2015, sejumlah penyair dari berbagai daerah berkumpul di pusat dokumentasi sastra H.B. Jassin dalam rangka mengenang kepergian Rahadi Zakaria dengan menerbitkan sebuah kumpulan puisi berjudul Negeri Rahadi. ( id.wikipedia )